Unsurtani.com – Bagaimana sih Pembenihan Ikan Betutu? berikut panduan lengkapnya. Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) merupakan salah satu jenis ikan yang dulu tidak laku dijual. Namun saat ini ikan betutu mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan sebagai salah satu komoditas ekspor. Ikan betutu sangat digemari masyarakat kalangan menengah atas, biasanya ikan betutu dijadikan menu favorit di restoran-restoran ternama di Singapura, Taiwan, Cina, Malaysia, dan Indonesia.
PENDAHULUAN
Habitat betutu adalah perairan tawar hingga payau yang perairannya tenang dan dangkal seperti sungai, danau, rawa, waduk dan genangan air lainnya yang dasarnya berlumpur dan terdapat tanaman air.
Ikan betutu dikenal dengan berbagai sebutan di berbagai daerah dan negara, ada yang menyebut dengan nama ketutu, gabus malas, bakut, gloso, bloso, boso, boboso, bodobodo, bakutut, ikan malas, ikan bodoh, ikan hantu, “sun hock” (Cina), “marble goby” atau “marble sleeper” (Inggris).
Penyebaran ikan betutu meliputi Asia Tenggara yaitu Filipina, Laos, Thailand, Vietnam, Brunei
Darussalam, Kamboja, Semenanjung Malaya, dan Indonesia: (Sumatera, Kalimantan dan Jawa), hingga kepulauan Fiji di Pasifik.
Permintaan ikan betutu cenderung terus meningkat, baik untuk kebutuhan pasar domestik maupun ekspor. Oleh karena itu budidaya ikan betutu mulai banyak dilirik dan diminati masyarakat kususnya pembudidaya ikan.
Namun demikian proses pembesaran yang berlangsung lama, tingkat kematian cukup tinggi dan benih yang masih mengandalkan hasil tangkapan di alam merupakan kendala dan tantangan yang harus dijawab. Maka dari itu perlu adanya upaya untuk memproduksi benih ikan secara masal melalui pembenihan ikan betutu. Lingkungan yang cocok untuk pembenihan ikan betutu adalah suhu 24,5 – 29ºC, oksigen terlarut 4,4 – 6,29 ppm dan pH 6,75 – 7.
PERSIAPAN INDUK
Ciri induk betutu yang baik adalah :
1. Betutu Betina
- Badannya berwana lebih gelap dengan bercak hitam lebih banyak dan terlihat lebih jelas.
- Alat kelamin (Papila urogenital) berbentuk tonjolan agak besar memanjang dan ujungnya
membundar, warnanya kemerahan pada saat menjelang memijah. - Perutnya gendut dan terasa lembek bila diraba.
- Pada umur yang sama ukurannya lebih kecil dibandingkan yang jantan.
2. Betutu Jantan
- Badannya berwana lebih terang dan bercak hitam lebih sedikit.
- Alat kelamin (papila orogenital) berbentuk segitiga, pipih, dan kecil.
- Perutnya ramping, jika bagian depannya ditekan akan jeluar sperma berwarna putih susu.
- Pada umur yang sama ukurannya lebih besar dari pada betina.
- Dalam kondisi sehat dan organ tubuhnya lengkap
Induk ikan betutu yang akan dipijah sebaiknya berukuran 800 – 1.500 gram/ekor, karena terdapat korelasi positif antara bobot induk dengan jumlah telur yang dihasilkan. Induk dengan kisaran bobot tersebut diatas dapat menghasilkan telur sebanyak 5.000 – 30.000 butir.
Jumlah telur sangat bervariasi tergantung kondisi induk dan tingkat kematangan gonad. Namun demikian, betutu sudah mulai dewasa atau dapat mencapai matang gonad pada umur 1 tahun dengan berat 150 gram, Bobot induk betina dan jantan sebaiknya seragam.
PEMATANGAN GONAD
Wadah untuk pematangan gonad induk betutu sebaiknya kolam tanah berukuran 200 m²,
tergantung ketersediaan lahan. Kolam berbentuk persegi panjang dengan letak pintu pemasukan dan pembuangan berseberangan secara diagonal, agar kolam bisa memperoleh air dari saluran langsung dan pembuangannya lancar. Debit air kolam minimal 25 liter/menit.
Pergantian air yang kontinyu akan berpengaruh positif terhadap proses pemijahan. Ikan betutu juga dapat dipijahkan dalam kolam semen/beton berukuran 2 x 1 x 1 m untuk satu pasang
induk. Untuk beberapa pasang induk dapat digunakan kolam beton ukuran 4 x 2 x I m. Untuk kolam tanah terlebih dahulu dilakukan pengelolaan pengeringan kolam, perbaikan pematang
dan pintu air, pengapuran dan pemupukan kolam.
Dosis pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/m² dan kapur (CaO atau CaCO3) sebanyak 0,2 kg/m². selanjutnya kolam diari secara bertahap hingga ketinggian air ± 40 cm. Setelah 2 – 3 hari berikutnya induk betutu dapat dilepas/ditebar sebanyak 1 – 2 ekor/m2 dengan perbandingan antara jantan dan betina 1 : 1 atau 1 : 2.
Selama masa pemeliharaan induk betutu diberi pakan berupa ikan hidup atau ikan rucah. Ikan rucah sebaiknya diberikan pada sore menjelang malam hari, sebab betutu lebih akatif dan agresif pada malam hari. Ikan rucah diberikan sebanyak 3 – 5% dari berat induk. Apabila induk betutu telah matang kelamin yang ditandai bagian perut induk betina membesar dan lunak serta papila urogenital berwarna kemerahan. Untuk induk jantan yang matang kelamin papila urogenital berwarna merah dan jika bagian perut diurut kearah papila urogenital akan keluar sperma.
PEMIJAHAN
Pemijahan induk ikan betutu dapat dilakukan secara alami atau dengan stimulan hormon.
1. Pemijahan alami
Pemijahan alami dapat dilakukan tanpa memberikan rangsangan hormon terhadap induk ikan
dan dapat langsung dilakukan di kolam pematangan gonad. Apabila pasangan induk sudah terlihat matang kelamin upaya yang perlu dilakukan hanya meciptakan kondisi lingkungan optimal sehingga memungkinkan terjadinya pemijahan, diantaranya dengan menyediakan sarang tempat bertelur dan mengatur pergantian air kolam.
Sarang/subtrat dapat dibuat dari potongan pipa paralon berukuran 4 – 6 inchi sepanjang 30 – 40 cm yang dibelah dan kemudian diikat kembali guna memudahkan untuk mengecek keberadaan telur. Sarang juga dapat dibuat dari bahan asbes dengan bentuk segitiga, panjangnya 30 cm yang dirakit dengan kawat dan diberi pelampung untuk mempermudah mengetahui keberadaannya.
2. Kawin suntik
Tujuan kawin suntik yaitu untuk mendapatkan produksi telur dalam jumlah lebih banyak, yang
memungkinkan benih ikan diproduksi secara masal dan terjadwal. Hormon yang digunakan untuk menstimulasi pemijahan ikan betutu adalah ovaprim. Hormon disuntikan ketubuh ikan secara intra muscular pada bagian dorsal dekat sirip punggung. Penyuntikan dilakukan 2 kali dosis yang dianjurkan 0,5 ml/kg bobot induk ukan denga selang waktu penyuntikan pertama dan kedua berkisar 10 – 12 jam. Waktu ovulasi induk-induk antara 36 – 60 jam.
PENETASAN TELUR
Pemijahan ikan betutu biasanya terjadi pada malam hari, tetapi tidak jarang pada siang. Ikan ini akan kawin di dalam sarang pemijahan dan telur yang dihasilkan akan disemprotkan atau ditempelkan menyebar rapi di bagian dalam sarang. Telur ikan betutu bentuknya lonjong, transparan, berukuran sangat kecil, kira-kira hanya bergaris tengah 0,83 mm.
Penetasan telur dapat dilakukan dalam akuarium, kolam/bak semen, bak fiberglass atau hapa. Akuarium sebaiknya berkapasias 60 liter air sehingga dapat menampung 2-3 lempeng sarang, sedangkan Hapa berukuran 100 x 75 x 60 cm dengan mata jaring 500 mikron (0,5 mm) dapat menampung sebanyak 30.000 ekor /m2 atau 30 ekor/liter air.
Hapa di letakan/dipasang dalam kolam yang telah dipersiapkan sebelumnya. Agar telur-telur mendapatkan oksigen secara merata, setiap wadah inkubasi perlu diberi aerasi yang kuat. Apabila telur sudah menetas, aerasi diperkecil sampai pada batas yang diperkirakan tidak mengganggu kehidupan larva. Inkubasi telur-telur pada suhu 26 – 28ºC dengan derajat keasaman air (pH) sekitar 7. Telur betutu tidak menetas serentak, melainkan berangsur-angsur selama 2-4 hari. Persentasi tetasnya mencapai 80-90%.
PEMELIHARAAN LARVA
Dalam pemeliharaan larva, perlu diperhatikan media pemeliharaan, kepadatan tebar larva, dan
pasokan pakan alami. Umur satu bulan pertama merupakan masa paling kritis dalam kehidupan benih betutu. Selain kondisinya masih sangat lemah, juga makanan yang dibutuhkannya seringkali kurang tersedia. Makanan larva yang dapat diberikan adalah Moina sp., fitoplankton, dan rotifer atau naupli artemia untuk larva berumur berumur 4 minggu.
Memasuki bulan ke dua, benih-benih tersebut sudah rakus menyantap kutu air (Daphnia sp.), cacing rambut, atau daging ikan yang dicincang agak halus. Pemelihara larva dilakukan sejak telur menetas hingga benih (juvenil) berukuran 1-2 cm/ekor dengan masa pemeliharaan 2 bulan.
PENDEDERAN
Persiapan kolam pendederan dilakukan sebagaimana persiapan kolam pematangan gonad.
Pendederan dilakukan selama ± 4 bulan dan akan dihasilkan benih betutu berukuran rata-rata 10 cm/ekor atau 30-50 gram/ekor dengan tingkat kehidupan dapat mencapai 100%.
Selama masa pemeliharaan benih ikan dapat diberi pakan berupa cacing rambut, ikan rucah halus dan sesekali diberikan pelet. Apabila menghendaki ukuran benih betutu yang lebih besar diperlukan masa pemeliharaan yang lebih lama. Ikan betutu yang telah mencapai bobot 50 gram sudah dapat diberi makan ikan rucah (trash fish) sehingga pertumbuhannya dapat lebih di pacu.
Pertumbuhan benih betutu paling cepat terjadi bila sudah mencapai berat 75 gram/ekor, yakni pada saat ikan rucah menjadi menu utamanya. Agar masa pemeliharaan pada usaha pembesaran ikan betutu tidak terlalu lama, disarankan untuk menggunakan benih minimal ukuran 100 gram/ekor.
Simak artikel terkait lainnya: